NGAYAL NGALOR NGIDUL

Pencarian Atlantis

Posted in Nglindur Ngetan Ngulon by ngayalngalorngidul on May 11, 2010

I. Am I Atlantean?

* Repost dari blog sebelumnya, Sabtu 26 Agustus 2007, 03:00 am, dengan sedikit update:

* AM I ATLANTEAN=APAKAH AKU ORANG ATLANTIS?

Pemicu

Pada suatu masa dimana kadar keimananku di atas rata-rata, aku digoda oleh para mahkluk mulia agar aku mengkaji kitab suci. Maka kubedahlah baitan firman itu. Tapi maafkan aku ya Tuhan, aku tidak mau menelan mentah-mentah kata-kata indah Mu. Karena kuyakin aku akan terbuai dalam  kosong kalau aku menikmatinya begitu saja. Kupercaya, selain memberi ketentraman hati dan sastra nan agung, di dalam pesan-pesanmu juga mengadung maksud tertentu. Bahkan aku yakin aku bisa menemukanMu. Itulah mengapa aku tak mau terbuai begitu saja. Aku harus kritis.

Akhirnya kusudahi rapalan di satu bahasa, dan kurahkan mataku pada tulisan bahasa ibu: arti dan tafsiran dari bahasa asing yang tadi kulantunkan. Sekali lagi aku tak puas, maaf. Aku memang tak mudah puas dalam segala hal yang berhubungan denganMu. Segera kututup media itu, dan beralih ke media cyber. Lebih asyik, pikirku, karena bisa menggunakan index dengan mudah. Apa yang ingin kucari dengan mudah kutemukan, tidak harus melewati halaman demi halaman, pembahasan demi pembahasan, paragraf demi paragraf, sampai kata demi kata.

Tapi anehnya pencarianku malah mulai tak terarah. Yang kucari bukan arti dan tafsir dari bacaan tadi. Melainkan tentang hal lain. Kucoba cari tentang Iskandar Zulkarnain. Kubaca. Kemudian kucari tentang Khidir. Kubaca. Kemudian kucari tentang orang-orang hebat dan mulia zaman dahulu. Kubaca lagi. Lalu kucari tentang kaum ‘Ad, Tsamud, dan kaum-kaum lain. Kubaca. Bagiku mereka tampak sama saja: berlatar belakang Arab, atau setidaknya berada di dataran jazirah sana. Timbul pikiran “nakal” dalam benakku:

  • Kenapa tidak ada bangsa lain di kitab mulia ini? Bukankah Dia itu Tuhannya semua manusia? Katanya semua manusia (yang tersebar  menjadi beragam bangsa) harus menyembah Dia?
  • Apakah Dia hanya Tuhannya bangsa Arab, dan diluar bangsa Arab secara tidak langsung ‘dipaksa’ percaya pada Tuhannya bangsa Arab itu? Segitu hebatnyakah bangsa Arab sampai bisa mengharuskan bangsa lain ikut menyembah Tuhan mereka?
  • Kalau Dia memang Tuhannya alam semesta mengapa Dia tidak melibatkan bangsa lain dalam Kitab Agung ini?
  • Bukankah kalau kita menyebut ‘alam semesta’ berarti sama saja menyebut seluruh bangsa di dunia ini bahkan sampai keluar galaksi (jika memang ada bangsa di luar galaksi)?

Dan pertanyaan-pertanyaan nakal lain  yang terpintas. Bahkan lebih spesifik lagi:

Mengapa Kau tidak mengikutsertakan Indonesia, bangsaku ini, kedalam sejarah dunia? Mengapa ya Tuhan, mengapa?

Maafkan atas keingintahuanku yang membabi buta ini. Bukankah Kau sendiri yang menyuruh manusia sepertiku untuk berpikir dan membaca, sesuai kata pertama dalam firmanMu:

BACA!

Bukankah Kau sendiri yang menyuruhku membaca? Menjadi kritis? Menjadi ‘serakah’ akan ilmu pengetahuan? Memberiku kegemaran berpikir? Bukankah ini semua keinginanMu?

Dari pemikiran itu akhirnya aku minder menjadi bangsa Indonesia. Sebuah negara ‘tim hore’ yang cuma meramaikan kancah dunia. Tidak dapat peran apa-apa. Hanya figuran kecil dalam sandiwara besar dan panjang dari sejarah dunia ini. Lalu terbesit dalam hati kecilku sebuah ucapan:

Andai saja bangsa ini (Indonesia) ikut serta dalam sejarah penting dan besar yang terjadi di dunia. Mungkin aku akan bangga menjadi bangsa Indonesia.

Seperti Arab dengan Muhammad-nya, Iraq dengan Mesopotamia-nya, Jerman dengan Hitler-nya, Yunani dengan para filsufnya, Andalusia dengan para ilmuwannya, atau bahkan Amerika dengan George W. Bush-nya. Tapi Indonesia punya apa? Tak ada yang penting dan besar. Aku tak bangga menjadi bangsa Indonesia.

Lalu waktu berlalu cukup lama sampai seorang sahabat di lingkunganku tumbuh dan besar berbicara mengenai sebuah buku. Dia suka pada buku itu, walau diakui ceritanya tidak berakhir sesuai harapan. Aku tidak tertarik, karena dia menceritakan tentang sebuah negeri non sense, Atlantis, sesuai yang dipaparkan buku itu. Betapa tidak, aku hanya tahu Atlantis dari film-film barat. Itu pun film fiksi. Dan yang paling dekat kuketahui hanya dari game Age of Mythology Expansion: The Titans, yang didalamnya ada kaum Atlantean (orang-orang atlantis).

Tapi karena cerita itu keluar dari mulut seorang sahabat, aku berpura-pura tertarik dan sesumbar meminjam buku itu. Dia menyanggupinya. Kupikir karena aku masih punya banyak waktu senggang, tak apalah sebagai pelipur sepi. Dan kubacalah buku berjudul NEGARA KELIMA karangan ES ITO itu.

Ragu Tapi Tetap Kritis

Selesai membaca, aku justru mendiskreditkan si penulis. Kupikir dia terlalu banyak nonton film. Film fiksi pula! Aku tidak meyakini apa-apa tentang hasil karyanya itu. Lalu aku mengemukakan pendapatku pada si empunya buku. Dia justru memberi pandangan bahwa bisa jadi si penulis salah, tapi bagaimana jika si penulis benar? Mengapa dia berani mengemukakan tulisan itu, sama beraninya dengan Dan Brown yang mengungkap Holy Grail, rahasia Monalisa, Madonna of the Rock, dan lain-lain? Bukankah harusnya dia punya data akurat agar tulisannya bisa dipertanggungjawabkan jika ada orang ‘kurang kerjaan’  minta buktinya?

Pandanganku terbagi dua. Jika ES ITO salah maka selesai perkara. Tapi jika benar?

Sejujurnya aku sedikit berharap bahwa si penulis menceritakan fakta yang kuat. Bagaimana tidak, dia menyebutkan bahwa peradaban tertua di Hindustan, Mesopotamia, Mesir, dan suku asli benua Amerika, berasal dari satu induk peradaban, yaitu peradaban pertama dan lebih tua dari peradaban yang pernah tercatat dalam sejarah, peradabannya Nabi Adam as, Plato menyebutnya dengan nama Peradaban Atlantis. Dan peradaban ini terletak di bumi Nusantara.

Tadi sudah kusebutkan bahwa keingintahuanku membabi buta. Rasa ingin tahu tentang Atlantis justru semakin kuat dan mendorongku mencari tahu lebih dalam lagi. Sebagai awal, aku meracau ke teman-temanku: jika mereka ada yang tahu informasi tentang Atlantis, atau lokasi Nabi Adam as turun ke bumi, atau peradaban Nusantara Kuno, tolong beritahu aku. Sedangkan aku sendiri mencari literatur satu-satunya yang menjadi bukti tunggal tentang keberadaan Atlantis, sebuah karya Plato yang berjudul Timaeus and Critias. Memang ada bagian yang menyebutkan tentang kondisi alam Atlantis:

  1. Tanahnya subur, banyak pepohonan. Rakyat Atlantis tidak akan pernah merasa khawatir akan kehabisan kayu.
  2. Banyak ragam binatang, khususnya gajah dan banteng.
  3. Mempunyai dua musim. Ini berarti Atlantis berada di daerah tropis.
  4. Banyak gunung (yang aktif).
  5. Dan beberapa keterangan lain, sayangnya aku lupa.

Memang semua ciri-ciri yang disebutkan ada di bumi Nusantara. Tapi aku tidak mau terlalu cepat mengambil kesimpulan.

Menurut keterangan Plato, yang lalu dijabarkan lagi di buku NEGARA KELIMA, Atlantis adalah tanahnya Poseidon. Poseidon punya anak kembar laki-laki. Yang satu dipanggil Atlas. Yang satu lagi aku lupa siapa namanya. Tanah Atlantis diberikan pada Atlas. Itulah mengapa tanah itu disebut Atlantis karena berarti negeri milik Atlas.

Di lain sisi, aku pernah mendengar bahwa Nabi Adam as punya anak kembar, bernama Habil dan Qabil.

Hanya itu informasi yang kutahu. Memang ada korelasi antara Poseidon dan Nabi Adam. Kupikir ibarat pisang dan banana, batu dan stone, langit dan sky. Hanya beda nama tapi merujuk ke satu objek.

Nah, jadi jika Atlantis adalah bumi Nusantara, sementara Poseidon adalah Nabi Adam as, berarti Nabi Adam as turun di bumi Nusantara. Hanya sampai di sini pencarianku. Buntu. Dari sisi agama aku tidak mendapat apa-apa lagi tentang Nabi Adam, kecuali dogma bahwa dia adalah manusia pertama, sementara dari sisi lain aku juga tidak mendapat apa-apa lagi selain tetek bengeknya si Plato itu.

Buntu.

Doa Yang (Tanpa Disadari) Terkabulkan

Waktu berlalu cukup lama, lagi. Aku mulai patah semangat mencari tahu dimana sebenarnya letak Atlantis. Adakah korelasi antara Atlantis, Nusantara, Nabi Adam as, dan Poseidon?

Namun ternyata seorang mantan pacar ada yang terpengaruh dengan racauanku tentang Atlantis, Nusantara, Nabi Adam as, dan Poseidon. Yang tadi sudah kusebutkan. Dia rupanya juga mencari tahu tentang itu.

Kemarin, 25 Agustus 2007, aku menerima e-mail yang memberi link ke http://www.atlan.org. Sebuah e-mail dari mantan pacar yang masih peduli dengan pola pemikiran dan imajinasi-imajinasiku. Aku terkejut dan merasa bangga. Rupanya seorang profesor asal Brasil, bernama Arysio Santos, mengklaim telah menemukan benua yang hilang: Atlantis. Dan penemuannya itu merujuk ke bumi Nusantara. Bahkan dia juga mensinyalir bahwa Nusantara bukan hanya situs peradaban pertama, melainkan juga situs manusia pertama. Manusia pertama tidak lain dan tidak bukan adalah Nabi Adam as, yang Plato menyebutnya dengan nama Poseidon.

ilustrasi atlantis

Ilustrasi Atlantis

Ilustrasi Atlantis

Ilustrasi Atlantis

Selisih beberapa menit setelah kuungkapkan pada rekan kerjaku bahwa aku (juga ikut) menemukan pencarianku tentang peran Nusantara, dia menceritakan tentang cerita rakyat Badui. Entah benar atau tidak, katanya rakyat Badui masih meyakini bahwa manusia pertama kali berada di tanah Badui, Banten. Ungkapan ini semakin membuatku sumringah. Percaya tidak percaya. Dan yang lebih ajaib lagi, somehow, paman dari Bos-ku tiba-tiba memastikan apakah aku mau ikut dengannya ke Badui. Pikiranku mendadak kacau balau. Tiba-tiba pertanyaanku terjawab bertubi-tubi. Aku diberi kesempatan untuk membuktikan kebenaran jawaban itu.

Sepertinya ada kekuatan ilahiah yang sedang bekerja padaku saat itu. Aku yakin, somehow, aku digariskan untuk menapak tilas asal muasal manusia. Yang ternyata asalnya dari bumi Nusantara. Dari tanah Atlantis. Jawabanku tentang peran Indonesia di kancah dunia sudah terjawab. Ternyata Indonesia punya peran yang sangat penting bagi peradaban lainnya. Betapa tidak, manusia pertama turun di bumi Nusantara!!! Dan pencarianku justru baru bermulai di sini. Mudah-mudahan aku akan segera berangkat ke Badui untuk berkunjung ke situs ‘tanah asal’ kita semua. Dan tulisan ini tidaklah berakhir sampai disini. Sama seperti pencarianku, tulisan ini justru baru dimulai.

Komentar di post “Am I Antlantean?” pada blog sebelumnya:

sILENt Says:
September 5th, 2007 at 3:50 am

wah…mo jadi Indiana Jones versi lokal lo?

ya gue sebagai salah satu temen deket lo cuma bisa kasih saran, berhubung gue juga blm sempet baca negara kelima dan atlan.org itu (males translate-nya), kayanya masih banyak yg harus lo gali lagi deh info2 ttg atlantis itu.

bukannya kenapa2…takutnya lo dah kluar biaya banyak, tapi pulang dgn tangan hampa. literatur yg lo cari klo menurut gue belum terlalu mewakili objek yg lo cari.

jadi ya gitu deh, klo lo berniat ke badui, ya jalan aja. kali aja disana lo temuin lagi salah satu literatur yg merujuk ke fakta kalo atlantis tuh terletak di negara kita ini.

sama ada pertanyaan gue ttg plato. dia kan orang yunani ya, terus kok dia bisa kasi hipotesa klo atlantis tuh ada di negara kita yg notabene berada di belahan dunia lain dari tempat yang dia huni dulu.

btw, yg mo lo omongin tuh apa sih bro? sori banget akhir2 ini gue pulang malem terus, jd ga sempet telp lo.

Chici Says:
October 1st, 2007 at 9:40 pm

Hi,
jujur, gw biasanya jarang muji orang tapi tutur bahasa yang lu pake di cerita ini bagus banget.. i loved it!
btw, nabi Adam.As punya anak kembar 40 pasang. jadi Siti Hawa melahirkan sebanyak 40X dan anak yang dilahirkan selalu kembar. tapi yang kita kenal cuma Habil & Qabil karena mereka ada pelaku sejarah “pembunuhan pertama bumi”.
so, di tilik kembali ttg anak kembar nabi Adam.As itu. dari 40 pasang itu mereka dikawinkan secara silang dan disuruh mengembara ke seluruh dunia untuk beranak-pinak. sehingga timbul ras2 bangsa manusia yang kita kenal sekarang ini.

cheers,

“mantan pacar yang terpengaruh oleh imajinasimu”

II. I Am Atlantean!

* Repost dari blog sebelumnya, Kamis 3 April 2008, 03:30 am, dengan sedikit update:

* I AM ATLANTEAN! (Aku adalah orang Atlantis!) — Sebuah polemik antara aku dan entah siapa.

Setelah menemukan jawaban-jawaban pertanyaan batinku -yang kutulis dalam post “AM I ATLANTEAN?”- aku tidak berhenti sampai di situ. Aku kerap kali memberitahu, bahkan menanam dogma pada orang-orang sekitarku mengenai keberadaan Atlantis, sesuai dengan keyakinanku, bahwa Atlantis adalah Indonesia. Berharap timbul sifat nasionalisme tinggi pada diri mereka, sama sepertiku setelah aku membaca Negara Kelima milik Es Ito. [Terima kasih pada Es Ito akan hal ini]. Banyak dari mereka yang tidak percaya, tidak peduli. Tapi sedikit yang peduli dan percaya sepertiku. Aku tak gentar menghadapi cemoohan dari kaum pesimis dan bantahan dari kaum terdidik, karena aku didukung mereka yang optimis, cinta negeri, dan walaupun tidak (baca: kurang) terdidik, tapi mereka punya keyakinan. Terutama tentang keberadaan Atlantis di Indonesia.

Bantahan-bantahan yang datang tidak hanya disampaikan secara langsung kepadaku, tetapi juga yang disampaikan kepada kami yang percaya hal ini. Melalui situs-situs dan blog-blog tertentu. Contohnya seperti yang kubaca dari sebuah blog, aku lupa URL-nya .[Kalau mau search, coba ketik “Benarkah Indonesia itu Atlantis _ « Dongeng Geologi” tanpa kutip]. Sebuah blog tentang dialog antara penulis dengan Sulastama Raharja, yang oleh penulis dipanggil si Komo.

Mereka dengan berandalkan risetnya yang njelimet dan tingkat pendidikan tinggi serta minat baca yang tinggi, membantah dengan memberikan sumber-sumber bantahannya. Menurut ini, menurut itu, kata si anu, berdasarkan teori gituan, dan sebagainya. Mungkin mereka menganggap keberadaan Atlantis di Nusantara itu hanya hal gaib. Sementara aku menganggap bahwa hal gaib adalah fakta yang tertunda, yang penjelasan ilmiahnya belum bisa dibuktikan. Contohnya seperti ketika Nabi Muhammad SAW melarang umatnya meniup makanan ketika menyuap makanan panas, orang-orang pada zamannya mungkin tidak tahu alasan ilmiah mengapa hal itu dilarang. Mereka hanya mematuhi berdasarkan kredibilitas Nabi Muhammad SAW. Sementara orang-orang setelah zamannya, sebelum penjelasan sains tentang hal itu terungkap, menjauhi larangannya -mungkin- karena ada alasan gaib di balik larangan itu. Tapi ketika ilmu pengetahuan mampu menjelaskannya, ternyata udara yang keluar dari mulut kita ketika kita meniup makan panas adalah udara kotor. Jadi sebenarnya Nabi Muhammad SAW melarang kita “mengotori” makanan yang hendak kita makan. Dengan kata lain kita dilarang makan makanan yang kotor atau dilarang mengotori makanan. Kalau mau makan haruslah yang baik dan bermanfaat. Nabi Muhammad SAW sendiri mungkin tahu alasan rasional mengapa ia melarang kita melakukan hal itu. Tapi ia sengaja tidak memberikan alasan logis kepada kita agar kita mencari tahu sendiri apa maksud dibalik itu. Kalau kita mencari tahu sendiri berarti kita belajar. Kalau belajar berarti kita mengamalkan ayat yang turun pertama: IQRA! Sebuah kesinambungan yang sangat menarik dan sangat masuk akal.

Kembali ke Atlantis, bukan kembali ke laptop. Karena aku tak pernah meninggalkan laptop.

Membaca “Benarkah Indonesia itu Atlantis _ « Dongeng Geologi”, aku mempunyai 2 pertanyaan: satu bersifat introspektif, yaitu “Apakah aku salah memahami penjelasan-penjelasan yang kubaca tentang Atlantis?”. Dua, yang bersifat merendahkan, yaitu “Apakah mereka tidak memahami dengan baik penjelasan-penjelasan seperti yang kupahami?”

Ada (baca: banyak) perbedaan pemahaman tentang Atlantis, terutama tentang risetnya Prof Santos (www.atlan.org). Ini kuambil langsung dan mentah-mentah tanpa diedit, dari blog “Benarkah Indonesia itu Atlantis _ « Dongeng Geologi”:

Perbedaan Pemahaman 1

[Penulis:]
1. Pak Santos menetapkan bahwa pada masa lalu itu Atlantis merupakan benua yang membentang dari bagian selatan India , Sri Lanka , Sumatra , Jawa, Kalimantan, terus ke arah timur dengan Indonesia (yang sekarang) sebagai pusatnya.

[Jawaban si Komo yang ditulis oleh pemilik blog:]
komo: kalau melihat figure 20 dari http://www.bernardharrisonandfriends.com/pdfs/continental.pdf , pada jaman es antara 1,6 juta – 100 ribu tahun yang lalu, daerah yang saat ini di namakan indonesia sudah tidak menyatu. Pada saat air laut surut, sumatera, kalimantan dan jawa menyatu dengan asia, maluku, papua menyatu dengan australia sementara sulawesi dan nusatenggara sebagai pulau2 sendiri. Jadi ketetapan Pak Santos spekulatif dan kurang akurat. Hal ini didukung oleh jenis2 fauna yang berbeda antara Papua dengan Jawa/Sumatera/Kalimantan, fauna2 di papua lebih mirip dengan autralia dan fauna di jawa/sumatera/kalimantan lebih mirip dengan di Asia.

[Menurutku:]
Penempatan tanda baca dari blog tersebut membingungkan pembaca, khususnya aku, yang pernah mengenyam pendidikan jurnalistik. Jadi menurut pemahamanku tentang jawaban si Komo, si Komo mengatakan bahwa Sumatera-Kalimantan-Jawa menyatu dengan Asia, Maluku-Papua menyatu dengan Australia, sementara Sulawesi-Nusatenggara masing-masing berdiri sendiri.

[Pemahamanku:]
Menurut si Komo, riset Prof Santos tidak akurat karena Sumatera-Kalimantan-Jawa-Maluku-Papua dianggap tergabung dalam pangea Asia. Padahal menurut penjelasannya Prof Santos -dan mudah-mudahan sama dengan pemahamanku- adalah:
Sumatera-Kalimantan-Jawa memang menyatu dengan Asia, Maluku-Papua memang menyatu dengan Australia, sementara Sulawesi-Nusatenggara memang masing-masing berdiri sendiri. Prof Santos memang menggambarkan seperti itu, sama seperti pendapat si Komo.

Tapi kenapa si Komo malah memahami bahwa Prof Santos mengatakan pulau-pulau di Indonesia dulunya tergabung?

Sulit dicerna? Jadi begini. Prof Santos bilang “A”. Si Komo mendengar dan memahaminya sebagai “B”. Lalu Si Komo mencari tahu tentang hal itu dan ternyata fakta yang didapat adalah “A”. Lalu ia bilang ke publik bahwa Prof Santos salah karena telah berkata “B”, sementara -menurut si Komo- yang benar adalah “A”. Dan si Komo mengklaim kebenarannya tentang perihal “A” itu didapat bukan dari Prof Santos. Sementara ketika Prof Santos bilang “A”, aku memahaminya sebagai “A”. Jadi ketika si Komo bilang “Prof-Santos-salah-karena-telah-berkata-B,-padahal-yang-benar-A”, aku jadi bingung. Bagiku, apa yang dibilang Prof Santos dan si Komo sama-sama “A”, tapi si Komo telah “memfitnah” Prof Santos. Fitnahnya adalah bahwa Prof Santos telah berkata “B”.

“A” yang dimaksud adalah “Sumatera-Kalimantan-Jawa menyatu dengan Asia, Maluku-Papua menyatu dengan Australia, sementara Sulawesi-Nusatenggara masing-masing berdiri sendiri”. Dan “B” yang dimaksud adalah “Pulau-pulau di Indonesia dulunya tergabung”.

Sudah bisa dicerna? Kuharap sudah, karena aku bingung bagaimana lagi cara menjelaskannya. Mari lanjut.

Perbedaan Pemahaman 2

[Penulis:]
2. Teori Plato menerangkan bahwa Atlantis merupakan benua yang hilang akibat letusan gunung berapi yang secara bersamaan meletus. Pada masa itu sebagian besar bagian dunia masih diliput oleh lapisan-lapisan es (era Pleistocene) … Di antaranya letusan gunung Meru di India Selatan dan gunung Semeru/Sumeru/ Mahameru di Jawa Timur. Lalu letusan gunung berapi di Sumatera yang membentuk Danau Toba dengan pulau Somasir, yang merupakan puncak gunung yang meletus pada saat itu. Letusan yang paling dahsyat di kemudian hari adalah gunung Krakatau
(Krakatoa)…

[Jawaban si Komo yang ditulis oleh pemilik blog:]
komo: “Super Volcano Toba terjadi 73.000 BC tahun yang lalu, merupakan letusan terhebat dalam 2 juta tahun terakhir. Teori plato di atas jadi kurang akurat karena menyebutkan letusan Krakatau yang paling dasyat. Mengacu kepada http://mirrorh.com/timeline.html, Atlantis Kingdom(?) mungkin ada pada 23.400 B.C , jadi tidak mungkin letusan Toba menenggelamkan Atlantis, karena letusan Toba terjadi sebelumnya.

[Menurutku:]
Duh.. ada 2 kesalahpahaman di sini.

Pertama terjadi antara si Penulis dengan si Komo. Si Penulis bilang: “Letusan yang paling dahsyat di kemudian hari adalah gunung Krakatau”. Lalu dibantah oleh si Komo: “Super Volcano Toba terjadi 73.000 BC tahun yang lalu, merupakan letusan terhebat dalam 2 juta tahun terakhir”. Rupanya si Komo benar-benar memberi ketegasan bahwa letusan yang paling dahsyat adalah letusan Toba, dilihat dari kata “Super Volcano Toba”-nya. Mungkin si Komo ini orang Batak ya? Orang Batak yang bisa disebut “murtad” karena bernama Sunda. Kok segitu tegasnya menekan bahwa letusan Toba-lah yang paling hebat? Aih, sudahlah, ayo kembali ke masalah.

Jika ada pernyataan begini: “Presiden Indonesia terhebat di kemudian hari adalah Suharto”. Lalu tiba-tiba dari lain pihak terdengar argumen: “Presiden terhebat adalah Soekarno”.

Dari kasus “presiden terhebat” di atas, aku memahaminya demikian: Soekarno hebat, setelah itu (juga) Suharto. Dari kasus “letusan terhebat” di atasnya lagi, aku memahami: Letusan Toba dahsyat, kemudian kedahsyatannya diikuti Krakatau. Antara ranking 1a (Toba/Soekarno) dan 1b (Krakatau/Suharto). Mungkin benar letusan Toba adalah yang paling hebat selama 2 juta tahun terakhir. (Walaupun berdasarkan tayangan National Geographic Channel yg pernah kutonton menyatakan bahwa letusan Tambora adalah yang paling hebat). Dan mungkin Plato tidak kenal Toba, yang dia tahu Krakatau. Sama halnya seperti ABG sekarang menganggap bahwa Ikhsan Idol memiliki suara yang unik, padahal aku tahu dari siapa Ikshan Idol mencontoh suara seperti itu: Eddie Vedder. Mungkin Plato sama seperti ABG sekarang. Karena ketidaktahuannya akan “ada letusan hebat sebelum letusan Krakatau”, jadinya ia mengira bahwa letusan Krakatau-lah yang paling hebat. Dan si Komo mengklarifikasi bahwa letusan Toba-lah yang paling hebat, dengan menilai kesalahan Plato.

Kesalahpahaman ke dua, mari fokus ke kalimat terakhir dari jawaban si Komo: “…jadi tidak mungkin letusan Toba menenggelamkan Atlantis, karena letusan Toba terjadi sebelumnya.”

Memang bukan letusan Toba yang menenggelamkan Atlantis. Adalah Krakatau yang menenggelamkan Atlantis, karena di gunung itulah pusat kota Atlantis berada. Sumatera-Kalimantan-Jawa yang menyatu dengan Asia adalah teritori utama Atlantis. Gunung besar itulah yang kemudian diwujudkan menjadi stupa terbesar dan teratas di Candi Borobudur. Bicara tentang Candi Borobudur, coba datangi lagi ke sana dan cermati relief-reliefnya secara akurat. Tidakkah relief itu sama seperti cerita Atlantis? Tentang sebuah negeri yang gemah ripah loh jinawi, kemudian musnah terkena bencana. Candi Borobudur adalah sebuah monumen untuk mengenang Atlantis. Candi Borobudur adalah “miniatur” Atlantis.

The pyramid complex of Borobudur (Java) has been hailed as the most significant monument in the Southern Hemisphere and, perhaps, even of the whole world.
[www.atlan.org]

Maksudnya, dibanding segala monumen dunia ini, Kompleks Candi Borobudur adalah monumen paling meyakinkan tentang keberadaan Atlantis.

Borobudur

Borobudur (Aerial View)

Perbedaan Pemahaman 3

[Penulis:]
3. Ilmuwan Brazil (Prof Santos) itu berargumentasi, bahwa pada saat terjadinya letusan berbagai gunung berapi itu, menyebabkan lapisan es mencair dan mengalir ke samudera sehingga luasnya bertambah. Air dan lumpur berasal dari abu gunung berapi tersebut membebani samudera dan dasarnya, mengakibatkan tekanan luar biasa kepada kulit bumi di dasar samudera, terutama pada pantai benua. Tekanan ini mengakibatkan gempa. Gempa ini diperkuat lagi oleh gunung-gunung yang meletus kemudian secara beruntun dan menimbulkan gelombang tsunami yang dahsyat.

[Jawaban si Komo yang ditulis oleh pemilik blog:]
komo: agak susah dimengerti kenapa letusan gunung berapi menyebabkan lapisan es mencair.
Letusan super volcano Toba menyebabkan terjadinya penurunan suhu bumi 4-5 derajat, letusan gunung Tambora menyebabkan tahun tanpa musim panas di Eropa. Yang mungkin terjadi akibat letusan gunung berapi adalah debu akibat letusan gunung berapi terlempar ke atas/ udara, berada di tamosfer bumi cukup lama dan menghalangi sinar matahari sehingga terjadi penurunan suhu bumi. Tekanan sedimen dan air di dasar samudera menyebabkan gempa merupakan spekulasi yang kurang akurat, mengenai penyebab gempa bisa dilihat di http://earthquake.usgs.gov/learning/kids/eqscience.php atau di
http://earthsci.org/education/teacher/basicgeol/earthq/earthq.html#OginofEarthquakes .

[Menurutku:]
Yang oleh si Komo diperkirakan mungkin terjadi -mengenai mencairnya lapisan es ini- adalah benar: “Yang mungkin terjadi akibat letusan gunung berapi adalah debu akibat letusan gunung berapi terlempar ke atas/udara, berada di atmosfer bumi cukup lama dan menghalangi sinar matahari sehingga terjadi penurunan suhu bumi.”

Hal ini senada dengan Prof Santos:

The explosion of Mt. Krakatoa caused a giant tsunami, which ravaged the lowlands of Atlantis and Lemuria. It also triggered the end of the last Ice Age by covering the continental glaciers with a layer of soot (fly ash) which precipitated their melting by increasing the absorption of sunshine.
[www.atlan.org]

Mungki kurang lebih artinya begini: “Ledakan Gn. Krakatau menyebabkan tsunami besar, yang menghancurkan dataran rendah Atlantis dan Lemuria. Ledakan tersebut juga memicu berakhirnya zaman es dengan menutup benua es dengan lapisan asap tebal (debu yang berterbangan) yang lelehannya diakibatkan dari meningkatnya penyerapan sinar matahari.”

Singkat kata, saat Krakatau meletus, selain terjadi tsunami, juga terjadi global warming. Terjadi efek rumah kaca. Panas matahari yang masuk ke bumi tidak bisa keluar karena tertutup asap tebal yang terbentuk dari debu-debu letusan Krakatau. Itulah yang menyebabkan lapisan es mencair.

Apa yang dibilang “mungkin” oleh si Komo adalah apa yang dijelaskan oleh Prof Santos. Kesalahpahaman yang terjadi seperti Perbedaan Pemahaman 1 kembali terjadi si sini. Prof Santos bilang “A”. Si komo memahaminya sebagai “B”. Lalu setelah riset, si Komo bilang yang benar adalah “A” dan pendapat si Prof Santos dinilai salah (si Komo mengira Prof Santos bilang “B”, karena begitulah yang dipahami si Komo).

Hahaha…aku jadi teringat iklan susu kental manis.

“Ini teh susu,” kata si Ujang.

“Susu kok dibilang teh?” sahut si Gendo.

Wah, sudah mulai ngawur nih aku. Bagaimana tidak, si penulis sepertinya ngawur duluan. Apa yang tidak dikatakan Prof Santos malah dibilang Prof Santos yang mengatakannya. Lalu si Komo mengatakan apa yang sebenarnya dikatakan oleh Prof Santos. Wah kalau begini terus, aku capek juga harus “meralat” pendapat si penulis dan si Komo.

Akhirnya kuputuskan untuk menyudahi “bantahan” terhadap blog “Benarkah Indonesia itu Atlantis _ « Dongeng Geologi” ini. Kupikir percuma. Lagipula, sekarang sudah azan Shubuh. Sudah waktunya… Tapi tunggu sebentar. Untuk menutupi blog ini, aku ingin melempar pertanyaan tentang budaya Nusantara kepada siapa saja yang membaca blog ini.

Jika ada yang pernah/sedang diluar negeri, siapapun dimanapun itu, aku mau tahu: apakah di sana ada struktur pemerintahan seperti di Indonesia? Struktur pemerintahan sampai yang terkecil: Rukun Tetangga?

Mungkin RT-RW ini salah satu sisa peninggalan budaya Atlantis.

Oh iya, tambahan… ini ada beberapa kutipan dari comment pembaca blog tersebut:

1.
“nek gunung mbledos bagian yang hilang mananya ? puncaknya atau seluruh gunungnya ? Kalau seluruhnya gunungnya mungkin tidak ya ? mungkin tidak ya bisa membelah jawa dan sumatera.”

Tanggapanku mengenai komentar di atas:
Krakatau meletus…meledak… semuanya meledak. Duar! Seperti itulah yang kutonton di National Geographic Channel, acara Behind The News, episode Krakatoa. That’s why Plato bilang letusan Krakatau yang paling hebat, karena letusannya itu menghancurkan dirinya sediri. Yang tadinya menghubungkan Jawa dan Sumatera, kini jadi pemisah antar keduanya.

2.
“Malu kalau Indonesia sebagai Atlantis, lha gimana, pejabatnya kaya gitu? korup terus… Masa peradaban tinggi menghasilkan mental uelek banget.”

Tanggapanku mengenai komentar di atas:
Memang, awalnya Atlantis adalah bangsa yang, let’s say, saling tenggang rasa, tepo seliro, dll. Tapi kemudian orang-orangnya jadi bejad. Mungkin karena ketamakan dan keangkuhan, menganggap negerinya adalah yang paling hebat. Jadi Tuhan menurunkan azab pada mereka. Memusnahkan negerinya. Tapi tidak memusnahkan jejaknya. Candi Borobudur adalah jejaknya. Sama seperti Laut Mati, jejak dari kaumnya Nabi Luth. Atau mummi masal di Pompeii, untuk memberi kita pelajaran tentang kelainan jiwa Kaligula.

Lagian, kalau aku boleh memaparkan penalaranku, mental bangsa kita yang tadi disebut “uelek” (aku tak tahu apa artinya), itu diakibatkan penjajahan non-fisik dari bangsa barat. Mereka (baca: bangsa barat) tidak bisa menjajah Nusantara secara fisik, karena, sudah menjadi turunan dari Atlantis-Sriwijaya-Majapahit bahwa bangsa ini adalah bangsa yang “hebat”. Perang 3,5 abad pun diladeni, tak kenal menyerah. Seandainya Indonesia dijajah fisik selama satu milenium pun, aku yakin, akan tetap dilawan sampai bisa mendapatkan sendiri kemerdekaannya. Karena ketidakmampuan bangsa barat -yang somehow sudah tahu bahwa Nusantara adalah Atlantis, dan inilah alasan mereka mau merebutnya- dalam menjajah fisik bangsa ini, akhirnya mereka menjajah dengan cara non-frontal. Dengan kebudayaan: pop culture, dugem, alkohol, apalah namanya.

3.
“Ya ampun, soal atlantis disibukin, soal adam air yg menghilang begitu dekatnya belum bisa diketemui, alah rek.waduh seh.gombloooo.”

Tanggapanku mengenai komentar di atas:
Nah ini menarik… membuatku bercermin. Tapi aku bukan ahli mencari pesawat hilang, orang hilang, atau kotak hitam. Aku juga bukan ahli apa-apa. Aku ahli tidur. Tapi Atlantis lebih menarik bagiku, sama halnya naik angkutan umum lebih menarik bagiku ketimbang naik kendaraan pribadi. Dan perihal Atlantis ini membuatku tidak tidur malam ini.

Soal hilangnya Adam Air, hmmm… mungkinkah itu konspirasi?
*) Tulisan ini diposting dekat dengan kejadian hilangnya Adam Air di… dimana aku lupa, 11 Januari 2007. Jadi wajar dia menulis demikian. Jangan mengira bahwa dari waktu dekat ini terjadi pesawat hilang lagi.

4.
“Saya baru-baru ini nemuin artikel dalam bhs jawa mengenai bangsa Atlantis. Kira2 seperti ini yang mereka tulis:

“PENGARUH GAIB BANGSA ATLANTIS TERHADAP ORANG-ORANG DI P. JAWA”


Menurut Lead Beater: sarjana dari Inggris ini, dalam bukunya yang berjudul “The Occult History of Java” (Sejarah Kegaiban di P.Jawa), menyebutkan diwaktu itu pulau Jawa dihuni oleh bangsa gaib, yaitu yang disebut Bangsa Atlantis. Bangsa ini memiliki ilmu teknologi tingkat tinggi (mutakhir). Mereka bisa mengubah rupa manusia menjadi rupa binatang atau monster yang mengerikan. Juga memiliki senjata pamungkas, yang ampuh seperti laser saat ini. Hanya karena mereka sangat tamak, lalu mereka melupakan kekuasaan Tuhan, maka dengan seketika Tuhan memusnahkan mereka karena telah salah mempergunakan senjata pamungkasnya.

…BERSAMBUNG…
(maaf, lanjutannya lain waktu, nyambi kerja siy)”

Tanggapanku mengenai komentar di atas:
Hahahaha.. atasannya datang ya? Takut ketahuan main internet saat jam kantor? Hahaha… payah tuh bos!! Tapi benar-benar menarik. Lebih menarik daripada Mulan Jameela plus Agnes Monica plus Siti Nurhaliza tidur bersama denganku.

5.
“Pak Rovicky ini sepertinya belum baca buku Santos ya.. Pasti belum juga baca buku Plato yg menjadi deskripsi awal tentang Atlantis.. Dimaklumilah..”

Tanggapanku mengenai komentar di atas:
Rovicky sepertinya si nama pemilik blog. Komentar ini… Aku sependapat dengan komentar ini.

…Tapi azan subuh sudah dikumandangkan beberapa waktu lalu. Aku harus bergegas. Dan aku belum tidur.

III. Berhenti Mencari Atlantis

* Post yang diambil dari file berjudul sama, yang dibuat pada Rabu 16 April 2008, 02:35 am, dengan sedikit update:

“Sudahlah, hentikan saja pencarianmu tentang Atlantis. Jangan diteruskan,” kata salah satu sahabatku. Kala itu kami baru saja selesai menonton film Kala. Aku tersenyum miris mendengar ucapannya. Mungkin benar, mungkin tidak. Mungkin baginya, pencarian ini akan berakibat bahaya bagiku, seperti pencarian harta di film Kala. Setidaknya bahaya bagi kehidupan ekonomiku. Mungkin benar. Tapi saat itu ia dalam kondisi mabuk miras, wajar bila ia meracau. Jadi mungkin juga ia salah.

Di lain waktu, sahabatku yang lain bertanya, “Apa sudah ketemu Atlantis yang kau cari?”. Aku jawab, “Sudah.” Lalu dia bertanya lagi, “Dimana?” Kujawab, “Di sini…” Dan dia tersenyum sambil mengeluarkan sedikit suara.

Aku tahu itu bukan sekedar senyum. Ada makna di dalamnya. Tapi apa, aku tak tahu. Aku tak bisa membaca mimiknya karena saat itu ia sedang menghadap searah denganku, ke arah monitor komputer. Ia bertanya demikian karena melihat di desktop ku ada shortcut sebuah blog berjudul “Benarkah Indonesia itu Atlantis _ « Dongeng Geologi.htm”.

Mungkin dia pikir aku gigih dalam mendapatkan sesuatu. Itu bagus. Mungkin juga dia pikir aku melakukan hal yang sia-sia karena tidak realistis. Saat orang kelimpungan dengan mahalnya harga barang pokok, aku malah mempedulikan hal lain. Ini tidak bagus.

Lalu timbul di pikiranku, apa mungkin sebaiknya aku berhenti saja mencari Atlantis? Dengan pertimbangan seperti: waktu yang terbuang untuk hal yang bersifat utopia, biaya yang tidak sedikit khususnya untuk mencari literatur yang berhubugan dengan Atlantis dan Jawa, dan pertimbangan dari sisi lain seperti: sudah ditemukannya lokasi akurat Atlantis menurut Prof Santos, banyaknya orang yang percaya sepertiku, dan lain-lain.

Atau setidaknya, apakah baiknya aku berhenti saja menanam dogma pada orang-orang bahwa Nusantara adalah Atlantis yang diidamkan Plato? Mungkin aku bersedia berhenti, tapi tidak untuk selesai. Melainkan untuk istirahat sejenak. Dan sejenak ini belum ditentukan kapan usainya. Kendati aku berhenti (baca: istirahat sejenak) mencari Atlantis, ada saja dugaan-dugaan yang datang tentang hal-hal yang menyangkut Atlantis di Nusantara. Baik itu yang berwujud maupun yang abstrak. Termasuk pengaruh buku-buku Langit Kresna Hariadi yang menambah keyakinanku bahwa bangsa ini adalah bangsa yang hebat. Walaupun ujungnya aku tak habis pikir kenapa sekarang bangsa ini menjadi seperti terpuruk di lubang tak berdasar.

Sementara dari yang abstrak, terpengaruh dari ramalan Jawa tentang bangsa ini. Mungkin dugaan ini konyol karena belum dapat penjelasan yang bisa dipercaya. Karena aku belum menemukan bentuk konkret dari ramalan itu, seperti Primbon, atau Babad Tanah Jawi, atau apalah. Ini hanya ngayal ngalor ngidul -yang biasa kulakukan sebelum tidur- tentang keberadaan ramalan Jawa. Dan memang begitulah dugaan itu datang, dalam khayalan sebelum tidur.

  1. Mengapa kondisi negara yang carut marut ini sudah diramal akan demikian? Contohnya seperti kasus Lumpur Sidoarjo, yang katanya sudah diramal akan berlangsung sampai sekitar 30 tahunan. Apakah ini kembali kepada kecanggihan teknologi Atlantis. Yang, mungkin saat itu mereka sudah memiliki sejenis mesin waktu dan melakukan perjalanan sampai ke akhir zaman, atau setidaknya sampai zaman sekarang. Kemudian kembali ke zamannya dan menuliskan apa yang dilihatnya, sehingga ketika zaman semakin tua, tulisan tersebut menjadi seperti ramalan. Padahal sebenarnya adalah kesaksian dari si penjelajah waktu tersebut. Segitu canggihnya-kah teknologi Atlantis?
  2. Aku berpendapat bahwa hal gaib adalah fakta yang oleh sains belum bisa dibuktikan kebenarannya. Banyak hal gaib dan mistik yang membudaya di Nusantara. Mungkin itu sebenarnya nyata, tapi sains belum bisa membuktikannya. Seperti, Candi Murca dalam cerita karangan Langit Kresna Hariadi, sebuah candi yang “disembunyikan”. Walupun cerita itu –katanya– fiksi, mungkin itu benar demikian. Bagi yang belum tahu cara menyembunyikannya, menganggap itu hal gaib. Kalaupun itu benar, mungkin dengan tenaga gaib pula si aktor menyembunyikan candi tersebut. Tapi bolehkah aku menduga bahwa candi tersebut “disembunyikan” dengan metode stealth mode? Atau mungkin ada medan tenaga (force field) yang sedemikian canggihnya sehingga apa yang ada di dalam radiusnya bisa tak tampak?

Kembali pada Atlantis, benarkan secanggih itu teknologi yang mereka miliki?

Tadi adalah dua contoh khayalan sebelum tidur yang pernah terlintas di benakku. Dua hal ini bisa menjadi bumerang bagiku. Tapi dua hal ini juga bisa mendorongku untuk mencari Atlantis lebih jauh lagi. Dua contoh itu bisa diibaratkan seperti kepingan jigsaw puzzle.

Semakin jauh kucari, semakin dekat aku pada Atlantis. Semakin banyak keping yang kutemukan. Tapi apakah itu kepingan –yang jika sudah terpasang semua– akan membentuk “gambar” Atlantis? Apakah itu keping yang benar untuk menemukan Atlantis?

Kupasang perlahan kepingan itu, walau aku tak tahu dimana tempatnya. Meraba-raba. Karena aku belum mendapatkan pengetahuan apakah keping tersebut memang benar keping  jigsaw puzzle Atlantis atau bukan. Dan pencarianku semakin berat. Terlalu banyak dugaan. Terlalu banyak keping yang kutemukan tapi sedikit dari mereka yang sudah kuketahui kebenarannya/pendukungnya. Aku harus berusaha lebih giat lagi. Aku tidak boleh berhenti mencari Atlantis. Aku sudah terlanjur kejebur dan basah. Dan aku ingin bangsa ini yang menjadi Atlantis. Aku harus berpikir lebih keras lagi.

Potongan Chat YM

“Aku suka padamu,” kata temanku di YM, padahal dia laki-laki. Aku tahu, perasaan suka itu bukan yang bersifat birahi. Tapi kubalas dengan guyon, sekalian untuk menanyakan ketegasannya berkata demikian, “Aku masih normal, masih suka pada wanita, sejelek apapun dia. Aku bukan jeruk yang makan jeruk. Ha ha ha…”

“Aku suka padamu karena kamu tipe orang yang berpikir,” balasnya.

————————————————————————

Ilustrasi Atlantis

Ilustrasi Atlantis

Borobudur

Borobudur

A : Pusat kota Atlantis / Stupa utama
B : Kota di luar pusat kota / Stupa di luar stupa utama
C : Kanal (perbatasan) / Selisih tinggi lantai untuk perbatasan stupa dalam dengan stupa yang terletak lebih luar.
D : Jalan masuk ke Atlantis / Pintu masuk ke Bodobuur

4 Responses

Subscribe to comments with RSS.

  1. denz said, on October 15, 2011 at 5:38 pm

    Menarik… Saya pun sudah baca Negara Kelima dan itu sungguh-sungguh menyentak rasa Nusantara saya.

  2. andewe said, on November 15, 2011 at 4:55 pm

    aku sangat setuju dengan tulisanmu sdrq….tp kita hrs bekerja keras demi menyebarnya kepercayaan dan pemahaman akan atlantis itu adlh bangsa kita.

  3. komentator said, on March 13, 2012 at 8:29 am

    saya yakin, mantan pacar itu sebutan buat istri… haha

    masa ada mantan pacar se care itu… mantan pacar gue mlah pada benci smua ma gw, hehe

    kalo menurut bnyak artikel dan literatur yg udh gw baca si emang kemungkinan besar emang nusantara ini dulu atlantis,

    dengan catatan, atlantis itu bukanlah hanya khayalan panjang seorang plato.

    • ngayalngalorngidul said, on April 16, 2012 at 2:26 pm

      Hahaha.. Bukan, mantan pacar yang dimaksud di sini bukanlah istri. Tapi beneran mantan pacar. Kami punya “daya khayal” yang sama mengenai perihal Atlantis ini, makanya dia se-care itu. 🙂


Leave a comment